Minggu, 23 Mei 2010

PENGIRIMAN CONTOH DARAH PASIEN

No. Dokumen
16.5.01.315.P-11 No. Revisi :1 Halaman: 1/1

ProsedurTetap

Tanggal Terbit
1 Januari 2007

Ditetapkan,
Direktur Utama


dr.Rafika Rumondang,MPH
NIP. 1400332811



Pengertian
Suatu tata cara pengiriman contoh darah pasien ke UPTD RS Sardjito untuk keperluan pemeriksaan laboratorium.

Tujuan
Untuk menghindari kesalahan dalam pengiriman contoh darah.

Kebijakan
Contoh darah pasien diambil oleh perawat dan harus beridentitas jelas sesuai Surat Permintaan Darah.


Prosedur


1.Contoh darah yang dimaksud adalah darah vena yang diambil langsung dengan spuit
tanpa ditambah anticoagulant.
2.Kemasan contoh darah harus diberi identitas pasien dengan lengkap dan jelas.
3.Contoh darah yang tidak diberi identitas akan ditolak.
4.Jumlah/ volume pengiriman contoh darah adalah 2 (dua)cc untuk pasien anak-anak dan
5 (lima)cc untuk pasien dewasa.
5.Contoh darah segera dikirim ke UPTD RS Dr.Sardjito.
6.Petugas UPTD menerima contoh darah,memberi kode sampel dan menuliskan pada buku
penerimaan contoh darah pasien.



Unit Terkait
Bangsal rawat inap, rawat jalan dan IRD


(contoh SOP ini aslinya pakai kolom)

Senin, 17 Agustus 2009

ईद इन्चुबटर DIAMED

CARA KERJA CROSS MATCH DENGAN DIAMED GEL TES


I. BUAT SUSPENSI SEL PASIEN & DONOR 0.8 - 1%.
CARA : 1. Masukkan 0,5 ml Dilluent 2 dengan Dispenser ke
dalam tabung
2. Ambil 5 ul (mikroliter) PRC atau 10 ul WB
Masukkan tabung
3. Campur dan homogenkan
Suspensi 0,8 – 1%
II. Ambil Liss / Coombs Card, tandai dengan identitas Os / Donor, buka penutup alumunium. Dengan bantuan mikropipet, masukkan :

• MAYOR : 50 ul Suspensi Sel Donor + 25 ul Serum Os
• MINOR : 50 ul Suspensi Sel Os + 25 ul Serum Donor
• A.C : 50 ul Suspensi Sel Os + 25 ul Serum Os

III. Masukkan kartu ke Inkubator.
Inkubasi 37º C, 15 menit ( tekan tombol timer 1 / 2 / 3 )
IV. Pindahkan kartu ke Centrifuge.
Tekan tombol Start ( Centrifuge selama 10 menit )
V. Baca Reaksi secara makroskopis









CARA KERJA DIRECT COOMBS TES

1. Buat Suspensi Os 0,8 – 1% ( cara sama seperti diatas )
2. Ambil Liss / Coombs Card, tandai dengan identitas Os.
3. Masukkan 50 ul Suspensi Sel Os.
4. Putar di Centrifuge ( tekan tombol Start )
5. Baca Reaksi


CARA POOLING UNTUK INTER CROSS DONOR ( AUTO POOL )

Maksimum pooling untuk 3 kantong darah
Cara Pooling :
A. Potong selang pada kantong donor yang akan di Pooling.
B. Teteskan pada 2 tabung kosong masing-masing sel darah merah donor yang akan di-pool dan serum/plasma donor yang akan di-pool dengan jumlah yang sama .
C. Homogenkan sel darah merah pada tabung yang berisi pooling sel darah merah donor, buat suspensi 1% dengan Diluent 2 dengan cara seperti di atas
D. Lakukan Cross Match seperti biasa :
INTER CROSS : 50 ul pool Suspensi Sel Donor + 25 ul pool
serum Donor

INTEPRETASI HASIL CROSS MATCH

No. MAYOR MINOR AC/DCT Kesimpulan
1 - - - Darah keluar
2 + - - Ganti darah donor
3 - + - Ganti darah Donor
4 - + + Darah keluar bila minor lebih kecil atau sama dg AC/DCT
5 + + + Lihat ket. No.5


Keterangan :
1. Crossmatch Mayor, Minor dan AC = negatif
􀂊Darah pasien kompatibel dengan darah donor
􀂊Darah boleh dikeluarkan

2. Crossmtacth Mayor = positif, Minor = negatif, AC =
negatif
􀂊Periksa sekali lagi Golongan darah Os apakah sudah sama
dengan donor, apabila gol. Darah sudah sama :
􀂊Artinya ada Irregular Antibody pada Serum Os
􀂊Ganti darah donor, lakukan crossmatch lagi sampai didapat
hasil cross negatif pada mayor dan minor
􀂊Apabila tidak ditemukan hasil crossmatch yang kompatibel
meskipun darah donor telah diganti maka harus dilakukan
Screening dan Identifikasi Antibody pada Serum Os, dalam
hal ini sampel darah dikirim ke UTD Pembina terdekat




3. Crossmatch Mayor = negatif, Minor = positif, AC = Negatif
􀂊Artinya ada Irregular Anti Body pada Serum / Plasma Donor.
􀂊Solusi : Ganti dengan darah donor yang lain, lakukan
crossmatch lagi


4. Crossmatch Mayor = negatif, Minor = positif, AC = Positif
􀂊Lakukan Direct Coombs Test pada OS
􀂊Apabila DCT = positif, hasil positif pada crossmatch Minor dan AC berasal dari autoantibody
􀂊Apabila derajad positif pada Minor sama atau lebih kecil dibandingkan derajad positif pada AC / DCT, darah boleh dikeluarkan
􀂊Apabila derajad positif pada Minor lebih besar dibandingkan derajad positif pada AC / DCT, darah tidak boleh dikeluarkan. Ganti darah donor, lakukan crossmatch lagi sampai ditemukan positif pada Minor sama atau lebih kecil dibanding AC / DCT
5. Mayor, Minor, AC = positif :
􀂊Periksa ulang golongan darah Os maupun donor, baik dengan cell grouping maupun back typing, pastikan tidak ada kesalahan gol. Darah
􀂊Lakukan DCT pada Os, apabila positif, bandingkan derajat positif DCT dg Minor, apabila derajat positif Minor sama atau lebih rendah dari DCT, maka positif pada Minor dapat diabaikan, artinya positif tersebut berasal dari autoantibody.
􀂊Sedangkan positif pada Mayor, disebabkan adanya Irregular Anti Body pada Serum Os, ganti dengan darah donor baru sampai ditemukan hasil Mayor negatif

Jumat, 13 Februari 2009

Proposal Instalasi DiaMed Gel Test

PROPOSAL INSTALASI PERALATAN GEL TES DIAMED DI
UTD PMI / BANK DARAH RUMAH SAKIT SELURUH INDONESIA


LATAR BELAKANG

Akhir-akhir ini banyak dijumpai tuntutan dari masyarakat pemakai produk-produk darah / rumah sakit yang diperoleh dari UTD PMI karena reaksi transfusi yang berakibat serius (gagal ginjal) maupun fatal / kematian.
Adapun reaksi transfusi yang terjadi tersebut disebabkan oleh pemberian darah yang tidak kompatibel / cocok dengan penerima, untuk meminimalisir terjadinya reaksi transfusi maka suatu keharusan untuk dilakukan tes uji silang cocok serasi (crossmatch) yang merupakan pintu gerbang terakhir untuk mengetahui apakah darah donor yang akan ditransfusikan kepada penderita/pasien kompatibel sehingga crossmatch adalah indikator terakhir untuk memutuskan apakah produk darah boleh diberikan / ditransfusikan ke penerima.
Meskipun telah dilakukan tes crossmatch dengan benar, tetap masih ada kemungkinan terjadinya reaksi transfusi, hal ini dapat disebabkan beberapa hal, antara lain :
• kurang sensitifnya metode pemeriksaan yang digunakan
• factor “ human error “
• reaksi transfusi yang tertunda ( delayed transfusion reaction )


Pada saat ini, sebagian UTD PMI dalam melakukan uji silang cocok serasi / crossmatch, menggunakan teknik metode tabung / metode konvensional yang memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :

1. Perlu waktu lama ( time consuming )
2. Hasil sangat subyektif ( tergantung ketrampilan petugas )
3. Hasil reaksi tidak stabil sehingga pembacaan reaksi harus segera dilakukan setelah pemutaran karena penundaan pembacaan reaksi dapat mengakibatkan penurunan derajad reaksi, hal ini merupakan penyebab reaksi “false negative” yang berbahaya bagi pasien
4. Harus melakukan pencucian sel 3 kali , yang paling vital adalah pencucian sel 3 kali sebelum penambahan Coombs serum, karena jika tahap pencucian 3 kali tidak sempurna atau dikurangi, maka dapat menyebabkan terjadinya reaksi false negatif, karena Coombs dapat dinetralkan oleh serum/plasma dari sample. Sehingga darah yang seharusnya tidak boleh diberikan kepada penderita, dapat lolos karena reaksi false negatif tersebut dimana hal ini sangat membahayakan penerima darah
5. Hasil pembacaan reaksi negatif masih harus dikonfirmasi dengan penambahan Coombs Control Cells ( CCC ) untuk meyakinkan apakah proses pencucian sel sebelum penambahan Coombs serum sudah sempurna
6. Pembacaan reaksi memerlukan mikroskop
7. Hasil reaksi secara visual tidak dapat didokumentasikan, dokumentasi hanya berupa laporan kerja





Melihat dan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan tersebut di atas, pada saat ini beberapa UTD PMI telah memutuskan untuk meningggalkan metode konvensional / metode tabung untuk melakukan uji silang cocok serasi, sebagai gantinya UTD-UTD PMI tersebut megadopsi teknologi terkini untuk melakukan uji silang cocok serasi, yaitu DiaMed ID-MTS atau lebih popular dengan sebutan DiaMed Gel Test . Teknologi ini diketemukan dan dikembangkan oleh DiaMed AG, Switzerland.
Sampai saat ini, DiaMed adalah satu-satunya medical industry di dunia yang hanya berfokus pada pre-transfusion testing, Immunohematology.

Adapun argumen / pertimbangan UTD-UTD PMI tersebut mengadopsi teknologi DiaMed gel tes dalam melakukan crossmatch adalah dikarenakan kelebihan-kelebihan teknologi DiaMed gel tes yang tidak dijumpai pada teknologi uji silang cocok serasi dengan menggunakan metode konvensional / tabung, antara lain :
1. Semua tahapan terstandarisasi, karena semua konsentrasi reagen terukur
2. Sederhana dan cepat
3. Hasil obyektif, tidak ditentukan ketrampilan petugas dalam melakukan tes uji silang cocok serasi dimana hal ini tidak dijumpai pada metode tabung. Hasil crossmatch dengan menggunakan metode tabung sangat subyektif karena ketrampilan operator memberikan kontribusi yang paling besar terhadap hasil yang didapat.
4. Hasil reaksi stabil, tidak perlu terburu-buru dalam melakukan pembacaan hasil reaksi
5. Sampel yang diperlukan hanya sedikit ( 5 mikroliter sel darah merah ), hal ini sangat membantu untuk melakukan uji silang cocok serasi pada bayi yang membutuhkan darah
6. Tidak ada tahap pencucian sehingga menghindari terjadinya reaksi “false negatif” karena kurang sempurnanya tahap pencucian, dengan tidak adanya tahap pencucian maka penambahan Coombs Control Cells pada reaksi negatif tidak diperlukan lagi
7. Pembacaan reaksi secara makroskopis sehingga penggunaan mikroskop tidak diperlukan lagi
8. Lebih sensitive dibandingkan metode konvensional sehingga meminimalisir ditemukannya reaksi false negatif yang berbahaya bagi penerima darah
9. Hasil reaksi secara visual dapat didokumentasikan
10. Mengurangi limbah di laboratorium karena semua limbah berada dalam kartu
11. Masa kadaluarsa panjang (satu setengah tahun sejak tanggal produksi)


Di Indonesia teknologi DiaMed gel test dipakai pertama kali oleh UTD PMI Sanglah ( Denpasar ) pada tahun 2000 atas bantuan dari Rotary Clubs of Bali.
Pada saat ini banyak UTD PMI dan bank darah RS yang telah mengadopsi teknologi DiaMed gel test secara rutin untuk melakukan uji silang cocok serasi, antara lain :



1. UTD Pusat PMI
2. UTDD DKI Jakarta
3. UTDC Kab. Tangerang
4. UTDC Serang
5. UTDC Bandung
6. UTDC Bekasi
7. UTDC Kodya Bogor
8. UTDC Kab. Bogor
9. UTDC Kodya Cirebon
10. UTDC Kab. Cirebon
11. UTDC Indramayu
12. UTDC Kuningan
13. UTDC Majalengka
14. UTDC Cianjur
15. UTDC Sumedang
16. UTDC Ciamis
17. UTDC Tasikmalaya
18. UTDC Garut
19. UTDD PMI Jawa Tengah
20. UTDC Semarang
21. UTDC Pemalang
22. UTDC Jepara
23. UTDC Solo
24. UTDC Klaten
25. UTDC Boyolali
26. UTDC Salatiga
27. UTDC Sragen
28. UTDC Purwokerto
29. UTDC Pekalongan
30. UTDC Kebumen
31. UTDC Cilacap
32. UTDC Purbalingga
33. UTDC Kodya Tegal
34. UTDC Kab. Tegal (Slawi)
35. UTDC Brebes
36. UTDC Kudus
37. UTDC Blora
38. UTDC Cepu
39. UTDC DI Yogyakarta
40. UTDC Purworejo
41. UTDC Wates
42. UTDC Bantul
43. UTDC Gunung Kidul
44. UTDC Sleman
45. UTDC Surabaya
46. UTDC Gresik
47. UTDC Lamongan
48. UTDC Bojonegoro
49. UTDC Kodya Malang
50. UTDC Kab. Malang (Kepanjen)
51. UTDC Kodya Blitar
52. UTDC Kab Blitar
53. UTDC Sidoarjo
54. UTDC Kab. Pasuruan (Bangil)
55. UTDC Kodya Probolinggo
56. UTDC Kab. Probolinggo
57. UTDC Lumajang
58. UTDC Jember
59. UTDC Banyuwangi
60. UTDC Mojokerto
61. UTDC Ponorogo
62. UTDC Kab. Madiun
63. UTDC Kodya Madiun
64. UTDC Ngawi
65. UTDC Magetan
66. UTDC Pacitan
67. UTDC Kodya Kediri
68. UTDC Kab. Kediri (Pare)
69. UTDC Tulung Agung
70. UTDC Nganjuk
71. UTDC Bangkalan
72. UTDC Pamekasan
73. UTDC Sumenep
74. UTDC Denpasar
75. UTDC Singaraja
76. UTDC Klungkung
77. UTDC Tabanan
78. UTDC Karang Asem
79. UTDC Negara
80. UTDC Mataram
81. UTDC Lombok Timur
82. UTDC Sumbawa
83. UTDC Medan
84. UTDC Pekanbaru
85. UTDC Palembang
86. UTDC Pangkal Pinang
87. UTDC Jambi
88. UTDC Lampung
89. UTDC Padang
90. UTDC Makasar
91. UTDC Samarinda
92. UTDC Balikpapan
93. UTDC Pontianak
94. UTDC Palangkaraya
95. UTDC Bontang
96. UTDC Tarakan
97. UTDC Nunukan



Bank Darah Rumah Sakit
1. BDRS Pusat Pertamina, Jakarta
2. BDRS Dharmais, Jakarta
3. BDRS Dr. Sardjito, Yogya
4. BDRS Bethesda, Yogya
5. BDRS PKU Muhammadiyah, Yogya
6. BDRS RSUD Kota Yogyakarta
7. BDRS RSU Wonosari
8. BDRS Dr. Kariadi, Semarang
9. BDRS RSU Demak
10. BDRS Dr. Oen, Solo
11. BDRS Kasih Ibu, Solo
12. BDRS Kustati, Solo
13. BDRS Panti Waluyo, Solo
14. BDRS PKU Muhammadiyah, Solo
15. BDRS RSI, Solo
16. BDRS Harapan Anda, Tegal
17. BDRS Kardinah, Tegal
18. BDRS Dr. Margono, Purwokerto
19. BDRS Banyumas
20. BDRS Saras Husada, Purworejo
21. BDRS Cilacap
22. BDRS Adi Husada, Surabaya
23. BDRS Dr. Sutomo, Surabaya
24. BDRS Haji, Surabaya
25. BDRS Syaiful Anwar, Malang
26. BDRS Panti Waluyo, Malang
27. BDRS RSU Kab. Jember
28. BDRS RSU Madiun
29. BDRS RSU Tuban
30. BDRS Hasan Sadikin, Bandung
31. BDRS International Santosa, Bandung
32. BDRS Ciawi
33. BDRS Karya Medika, Cibitung
34. BDRS Cideres, Majalengka
35. BDRS RSU Bangli, Bali
36. BDRS RSU Mataram
37. BDRS RSU Bangkalan, Madura
38. BDRS RSU Sampang, Madura
39. BDRS Banda Meuraksa, Aceh
40. BDRS Pelalawan, Riau
41. BDRS RSU Palangkaraya
42. BDRS Doris Sylvanus, Kalteng
43. BDRS Sumarno Sosroatmojo, Kuala Kapuas, Kalteng
44. BDRS RSU Kasongan, Kalteng
45. BDRS RSU Buntok, Kalteng
46. BDRS Kotabaru, Kalsel
47. BDRS INCO, Sorowako



MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan pengaplikasian teknologi DiaMed gel tes untuk melakukan uji silang cocok serasi di UTD PMI / Bank darah RS seluruh Indonesia adalah sbb :
1. Meningkatkan kualitas keamanan darah bagi penerima ( pasien )
2. Meningkatkan keamanan bagi UTD PMI dari tuntutan hukum jika ada hal-hal yang tidak diinginkan yang mungkin terjadi ( tuduhan malpraktek, dsb ), karena semua hasil reaksi yang telah dilakukan dapat didokumentasikan secara visual
3. Meminimalisir terjadinya factor human error karena perolehan hasil crossmatch dengan metode konvensional bersifat subjektif
4. Menyeragamkan teknologi yang dipakai untuk memudahkan kontrol dan pembinaan
5. Mendukung gagasan dibentuknya Regional Blood Transfusion Center, karena teknologi DiaMed gel tes dapat dengan mudah diaplikasikan untuk melakukan tes-tes lanjutan untuk lebih meningkatkan keamanan darah bagi penerima, misalnya screening dan identifikasi antibody
6. Untuk wawasan ke depan, dimungkinkan pengaplikasian otomatisasi untuk meminimalisir factor “human error” karena DiaMed AG juga telah siap dengan peralatan fully automatic.


Untuk mengaplikasi teknologi DiaMed gel tes untuk melakukan uji silang serasi dibutuhkan peralatan dan reagensia, sbb :

Peralatan terdiri dari :
1. ID-Centrifuge 12S ( kapasitas 12 kartu )
2. ID-Incubator SII ( incubator kering dengan 3 timer )
3. ID-Dispensor
4. ID-Working Table (rak untuk tabung dan ID-Cards)
5. Mikropipet ukuran 5 , 25 dan 50 mikroliter, masing-masing 1 unit





Reagensia terdiri dari 3 ukuran kemasan, disesuaikan dengan produksi darah di masing-masing UTD PMI / Bank Darah RS:
1. Kit kecil, terdiri dari :
- Liss/Coombs card : 1 karton isi 288 kartu
- Diluent 2 : 2 botol @ 500 ml
2. Kit medium, terdiri dari :
- Liss/Coombs card : 1 karton isi 720 kartu
- Diluent 2 : 4 botol @ 500 ml

3. Kit besar, terdiri dari :
- Liss/Coombs card : 1 karton isi 1,344 kartu
- Diluent 2 : 8 botol @ 500 ml

Rabu, 05 November 2008

Pelayanan Untuk Kasus Ketidakcocokan

PELAYANAN DARAH UNTUK KASUS

KETIDAK COCOK SERASIAN

SISTEM ABO

® Diketemukan oleh Karl Landsteiner pada tahun 1901

® Merupakan antigen yang sangat penting untuk transfusi darah

® Pemberian transfusi darah oleh karena ABO inkompatibilitas akan mengakibatkan terjadinya hemolisis intravaskuler

Þ Reaksi Transfusi Hemolitik

UJI SILANG SERASI

Mencakup pemeriksaan :

® ABO dan Rhesus baik pada darah donor maupun resipien

® Skrining dan identifikasi antibodi pada donor dan resipien

® Uji silang serasi

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO

Cell typing

Serum typing

Inter-

pretasi

Presentase (%)

Anti-A

Anti-B

Anti-AB

Sel A

Sel B

Sel O

Gol. Drh

White

Indonesia

-

-

-

+

+

-

O

45

41

+

-

+

-

+

-

A

41

25

-

+

+

+

-

-

B

10

27

+

+

+

-

-

-

AB

4

7

KETIDAK COCOKAN GOLONGAN DARAH ABO

1. Ketidak cocokan terjadi, bila reaksi cell typing tidak sesuai / didukung dengan reaksi serum typing

2. Bila diketemukan hasil pemeriksaan yang menyimpang, maka harus dilakukan :

Þ Hasil pemeriksaan harus dicatat dan didokumentasikan

Þ Interpretasi hasil golongan darah ABO harus ditunda hingga ketidak cocokan diketahui dan diputuskan

PENYEBAB KETIDAK COCOKAN GOLONGAN DARAH ABO

1. Problem dengan sel darah merah

2. Problem yang berhubungan dengan test atau kesalahan tehnis

HASIL FALSE NEGATIP PADA PEMERIKSAAN ABO

® Lupa menambahkan reagen atau test serum

® Reaksi hemolisis tidak dinyatakan sebagai reaksi posistip

® Perbandingan antara serum (reagen) dengan sel darah merah tidak sesuai

® Goyangan pada slide test atau putaran sentrifus tidak akurat untuk metoda tube test

® Test diinkubasi pada suhu diatas 20 – 240C

® Pembacaan atau penulisan hasil salah

HASIL FALSE POSITIP PADA PEMERIKSAAN ABO

® Untuk metoda tube test, putaran sentrifus terlalu lama / kuat

® Reagen, sel darah merah atau saline terkontaminasi

® Menggunakan peralatan yang kotor

® Pembacaan atau penulisan hasil salah

MASALAH PADA PEMERIKSAAN CELL TYPING

1. Transfusi darah atau transplantasi sumsum tulang

2. Antigen lemah atau missing antigen :

® Subgroup lemah dari A atau B antigen

® Penyakit lekemia atau keganasan lainnya

3. Polyagglutinasi

4. Konsentrasi serum protein yang tidak normal :

® Infus makromolekular

® Wharton jelly

5. Konsentrasi substance A dan B yang tinggi dalam serum

6. Penggunaan warna untuk reagen anti-A dan anti-B yang berperan sebagai antibodi

7. Cold reactive auto agglutinins

8. pH atau pengenceran auto antibodi

MASALAH PADA PEMERIKSAAN SERUM TYPING

1. Gumpalan fibrint

2. Konsentrasi protein yang abnormal :

® Rouleaux formasi

® Ratio serum protein

® Makromolekular plasma expander

3. Terdapatnya antibodi selain anti-A dan anti-B

4. Bahan pengencer mengandung antibodi dan sebagai pengawet sel A dan B

5. Kadar Immunoglobulin yang rendah

6. Hasil neg. atau pos. lemah pada bayi usia > 4 – 6 bulan

7. Titer komplemen yang tinggi pada anti-A da -B

8. Transplantasi dengan ABO berbeda

9. Sebelumnya mendapat transfusi komponen plasma

TINDAK LANJUT PADA KETIDAK COCOKAN ABO

1. Ulangi seluruh pemeriksaan

2. Gunakan sel darah merah yang telah dicuci dengan saline

3. Pemeriksaan lanjutan

PEMERIKSAAN LANJUTAN PADA KETIDAK COCOKAN ABO

1. Periksa ulang dengan sampel darah baru

® Cuci SDM dan test dengan anti-A, -B, anti-A1 dan anti-H

® Periksa serum ulang dengan SDM A2, O, cord blood dan auto kontrol

® Baca hasil setelah pemutaran

® Inkubasi pada suhu kamar selama 30 menit

® Hangatkan serum dan SDM

® Baca semua reaksi dan beri gradasi pos :

· dengan menggunakan mikroskop

· adakah mixed field aglutinasi

2. Lakukan pemeriksaan DCT

3. Cari informasi mengenai penyakit pasien seperti :

· Usia

· Diagnosa

· Kehamilan

· Transfusi

· Pengobatan

4. Reaksi lemah atau missing reaction :

· Karena usia pasien atau penyakit

· Kadar substance A atau B yang tinggi

· Subgroup A atau B

® Reaksi serologi yang karakteristik

® Teknik absorbsi dan elusion

® Periksa saliva / sekretor

· Mixed field agglutination

® Subgroup

® Chimera

® Transplantasi

® Transfusi masif

· Reagen terkontaminasi atau kadaluwarsa

® Validasi reagen setiap hari

® Ulangi pemeriksaan dengan reagen baru

5. Pemeriksaan tambahan

a. Sel O positif (auto kontrol negatif)

- Alloantibodi

- Identifikasi alloantibodi

- Test dengan sel yang neg. untuk mencocokkan antigen

b. Autoantibodi tipe dingin

- Teknik pre warmed

- Autoadsorption untuk pemeriksaan reverse grouping

- Gunakan SDM yang telah dicuci (saline hangat)

- Rouleaux

® Infus makromolekular, penyakit

c. Sel O negatif (auto kontrol positif)

- Nonspesifik atau spontan aglutinasi

® Silica gel

® Wharton jelly

® Antibody coated cells

- DCT positif

d. Sel O negatif (auto kontrol negatif)

1. Subgroup A dan B

- Anti – A1

- Sel A1, A2 dan O (3 contoh darah)

- Teknik pre warmed

2. Polyaglutinasi

3. Acquired B–like (enzim deacethylase mengubah N–Acethylgalaktosamin dari gol A menjadi galaktosamin ® E Coli K12 dan Clostridium tertium A).

POLYAGGLUTINASI

- Bila eritrosit mengaglutinasi semua atau banyak serum.

- SDM donor dengan poliaglutinasi tidak boleh untuk transfusi.

- Tersering tipe T polyaglutinasi : melalui sialidase invivo membran SDM dirusak oleh karena infeksi pneumococcus atau influenza virus atau invitro akibat kontaminasi bakteri pada sampel, sehingga cryptantigan disaccharid Gal B1 ® 3 GalNAca ® Serine (® Threonine) terbuka. Anti–T yang terbentuk akan mengakibatkan hemolisa berat.

- tn Polyaglutinasi terjadi akibat kerusakan enzim Galactosyl – transferase pada hematopoietic stamn cells ® persistent mixed field polyagglutinability), sering diikuti dengan Thrombocytopenie dan Leucocytopenie. Pada pasien kebanyakan tidak terbentuk anti – Tn, namun bila ada anti – Tn ® Hemolitik anemia.

- Reaksi antara sel normal dengan sel polyagglutinasi.

Tipe sel

Reaksi test dengan

AB serum dewasa

Cord Sera

Normal sel O

0

0

T

+

0

Tn

+

0

Tk

+

0

+ = Aglutinasi 0 = tidak beraglutinasi

- Membedakan sel polyagglutinasi dengan reagen lectin

Tipe sel

Glycine soja

Arachishypogaea

Dolichosbiflorus

Normal sel O

0

0

0

T

+

+

0

Tn

+

0

+

Tk

0

+

0

+ = Aglutinasi 0 = tidak beraglutinasi

ACQUIRED B-LIKE ATAU A-LIKE ANTIGEN

Acquired A :

- Tn Aktivasi

- B (A) phenotypy

Acquired B :

- Ulserasi atau obstruksi lesi pada saluran pencernaan

- Golongan darah pasien A (genetik)

- Reaksi dengan anti-B lemah (1+ - 2+), tetapi anti-B pada serum pasien tidak bereaksi dengan selnya sendiri.

- Transfusi PRC dengan golongan A atau O

CONTOH KASUS

Pada pemeriksaan golongan darah seorang donor yang sehat memberikan hasil sebagai berikut :

Cell grouping

Serum grouping

Anti-A

Anti-B

Anti-AB

Anti-D

Rh Ko

Sel A1

Sel B

1+

3+

3+

3+

-

3+

O

1. Golongan darah apa pada kasus diatas ?

2. Penambahan test apa yang harus dilakukan ?

KASUS 2 :

Seorang pasien usia 40 tahun, pernah mendapatkan 4 kantong darah golongan B Rh pos 5 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan ditemukan hasil sebagai berikut :

Anti-A

Anti-B

Anti- AB

Sel A1

Sel B

Sel O

Auto

Anti-D

Rh ko

-

4+

4+

4+

4+

4+

-

4+

-

1. Golongan darah apa pada kasus diatas ?

2. Penambahan test apa yang harus dilakukan ?

RHESUS SISTEM

® Diketemukan oleh Levine dan Stetson pada tahun 1939

® Antigen D merupakan antigen yang penting setelah antigen A dan B dalam bidang tranfusi

® Anti – D selalu timbul setelah transfusi atau kehamilan

® D antigen merupakan antigen yang kuat dan lebih dari 80 % resipien dengan Rh neg (D-) yang mendapat transfusi dengan rh pos (D+) akan membuat anti -D

Þ Prosentase D antigen pada kulit putih (85 %), kulit hitam (92 %)

Þ D weak antigen

- D weak genetik : antigen D komplit jarang ditemukan pada kulit putih

- C trans : position effect atau gene interaction effect Dce/dCe, kekuatan antigen D tidak berpengaruh pada posisi cis Dce/dce

- Partial D : satu atau lebih bagian dari D antigen missing/hilang. Semua sampel harus diperiksa secara duplo dengan menggunakan IgM monoclonal yang tidak dapat mendeteksi D

PENTINGNYA ARTI D – WEAK PADA DARAH DONOR

® Immunogenik D weak lebih lemah dibandingkan dengan D pos yang normal bila ditransfusikan pada resipien D neg

® Dapat terjadi reaksi transfusi hemolitik

® Dapat terjadi HDN tapi jarang

PENTINGNYA ARTI D–WEAK PADA RESIPIEN

® Resipien dengan D weak harus ditransfusikan dengan D neg untuk menghindari terbentuknya anti –D

® Untuk menghindari kesalahan pemeriksaan darah Rh neg resipien sebagai Rh pos, harus ada sistem kontrol anti –D

® Semua wanita yang sedang hamil, abortus atau dalam perawatan kandungan harus diperiksa Rhesus sistemnya

® D neg dan D weak harus diperlukan seperti Rh neg.

PEMERIKSAAN RHESUS YANG BERMASALAH

- Siapkan SDM segar yang telah dicuci dengan saline, buat suspensi

- Periksa ulang dengan anti –D dan Rh kontrol

- Hasil yang lemah lanjutkan dengan inkubasi pada suhu 370 C ® IAT

- Bila perlu lakukan DCT

REAKSI FALSE POSITIF DENGAN REAGEN RHESUS

1. Cold agglutinin

2. Inkubasi terlalu lama sehingga kering pada metoda slide

3. Rouleaux

4. Fibrin

5. Polyagglutinasi

6. Reagen terkontaminasi dengan bakteri

7. Penggunaan reagen yang salah

REAKSI FALSE NEGATIF DENGAN REAGEN RHESUS

1. Pemeriksaan tidak sesuai prosedur kerja dari reagen

2. Pengenceran sel terlalu tinggi

3. Penggunaan reagen yang salah

4. Adanya variant antigen

5. Kekuatan reagen sudah melemah

MILTENBERGER SISTEM

Miltenberger sistem mempunyai 5 antigen satelit, yaitu :

1. Mia (miltenberger)

2. Vw (Verweyst) atau Graydon

3. Mur (Murrell)

4. Hil (Hill)

5. Hut (Hutchinson)

Ke 5 antigen ditemukan dalam darah dalam beberapa kombinasi menurut susunan dari Cleghorn dan dikembangkan oleh Wirrwarr.

Ada 5 kelas yang berbeda yang termasuk dalam Miltenberger komplex. Dan nama diberikan sesuai dengan pembuat antibodi pertama. Miltenberger complex termasuk dalam phenotype MNSs sistem.

Kelas Eritrosit

Reaksi anti serum

Diketemukan

Verweyst Vw

Miltenberger Mia

Murrell Mur

Hill Hil

Hutchinson Hut

0/00 Phenotype

Gen Komplex

I

+

+

-

-

-

England = 0.570

Zurich = 0.905

Ms, Ms, Ns, Ns

II

-

+

-

-

+

England = 0.644

Ms, Ms, Ns

III

-

+

+

+

+

England = 0.100

Thailand = 96.400

Ms, Ns

IV

-

+

+

-

+

England = 0.020

Ns

V

-

-

-

+

-

England = 0

Zurich = 0.484

Ms, Ns

Cara penulisan antigen satelit pada MNSs genkomplex sebagai berikut :

Misal : MSMi.III atau NsMi.I

Dilihat dari populasi diatas ® kelas III banyak ditemukan di Asia, juga keturunan Cina di USA ditemukan 5 % dari 600 pemeriksaan.